Sider

torsdag 26. mai 2011

Persiraja dan Matahari dari Barat


Matahari tidak terbit dari Barat. Kalimat itu masih lekat menancap di benak Nasir Gurumud meski kejadiannya 31 tahun silam. Kata-kata itu terlontar dari mulut pendukung Persipura, Jayapura. Namun, kalimat itu pula yang membangkitkan semangat pemain Persiraja era 1980-an menggondol gelar juara Kompetisi Utama PSSI.
Nasir yang ketika itu bermain sebagai penyerang Persiraja ingat benar serangkaian teror mental yang mereka hadapi menjelang pertandingan final yang berlangsung di Senayan Jakarta.


Sejumlah pendukung Persipura bahkan mengepung flat di kompleks Senayan, tempat pemain Persiraja menginap. Mereka datang dengan meneriakkan yel-yel yang bernada menghujat. Tujuannya, ingin meruntuhkan mental pemain Persiraja. Salah satu kalimat yang diingat Nasir, ya itu tadi, matahari tidak terbit dari barat. "Maksudnya, Persiraja yang berada di ujung barat Indonesia, tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan itu. Mereka mengibaratkan Persipura yang berada di ujung Timur Indonesia yang akan keluar sebagai pemenang," kenang Nasir.
Akibatnya, siang itu juga seluruh pemain Persiraja diungsikan ke Hotel Borobudur. Beruntung, lokasi baru itu tak terendus pendukung Persipura.
Tekanan tidak hanya datang dari suporter kubu lawan, namun juga dari media massa. Hampir semua media, kata Nasir, tak menjagokan Persiraja. "Bahkan ada media yang mengutip pernyataan kubu lawan yang berbunyi,"akan kuhabisi Persiraja."
Majalah TEMPO edisi 6 September 1980 menulis, ketika itu, tak ada yang menjagokan Persiraja bisa jadi juara. Di atas kertas, Persipura lebih dijagokan berkat segudang prestasi yang ditoreh sebelumnya. Tahun 1979, klub asal Irian itu menjuarai 12 besar PSSI. Prestasi itu masih dilengkapi PS Mandala, inti dari Persipura, yang memboyong Piala Presiden Soeharto lewat kejuaraan antar klub. Sedangkan Persiraja, meski masuk kelompok peserta kompetisi utama, hanya menempati urutan keempat. Bahkan, bursa taruhan, ketika itu memberikan voor satu gol buat Persiraja.
Malam itu, 31 Agustus 1980, Persiraja mengjungkirbalikkan semua prediksi. Indonesia tersentak. Persiraja menoreh sejarah. Tim tanah rencong ini menghajar Persipura Jayapura dengan angka 3-1.
Nasir memang tidak mencetak gol malam itu. Ia dikawal ketat pemain bawah Persipura. Namun, sepakbola adalah permainan yang mengandalkan kerjasama tim. "Setiap pemain punya kontribusi besar untuk memenangkan pertandingan malam itu," kata Nasir kepada The Atjeh Post, Rabu (25/5).
Malam itu, seluruh pemain dan offcial tim larut dalam suka, tak terkecuali Nasir. Ia tak mampu membendung derai air mata haru. Berkali-kali ia mencium tanah, bersujud syukur kepada Ilahi.
Apa rahasia sukses Persiraja? Bagi Nasir, kemenangan itu tak terlepas dari tangan dingin Ketua Persiraja H.Dimurthala. Bang Dimur, kata Nasir, mengirim 25 pemain berlatih di Singapura. Mereka digodok di negeri singa selama lebih kurang satu bulan di stadion nasional Singapura. Mereka digembleng oleh pelatih Andrew Yap.
"Di sana, pola permainan dirubah. Posisi pemain dirombak. Semua pemain harus bisa menyerang. Semua pemain harus bisa mencetak gol dan punya kesabaran," ujar Nasir.
Selain soal teknis lapangan, bagi Nasir, keberhasilan itu diraih berkat kekompakan yang terjalin antara pemain, pelatih dan pengurus. Semua senasib sepenanggungan dan tidak saling menyalahkan. Hasilnya, saat bermain, para pemain tidak terbebani oleh berbagai persoalan. "Bang Mur memegang peranan penting saat itu. Sampai sat ini belum ada figur seperti beliau yang sangat intens dan ingin membuat perubahan bagi dunia sepakbola Aceh," ujar Nasir.
Hal itu dibenarkan Hermansyah, salah satu tokoh sepakbola Aceh. Bagi Herman, Dimurthala adalah pahlawan sepakbola Aceh. "Bang Dimur melakukan berbagai cara untuk membawa Persiraja ke puncak juara," ujar Herman yang kini menjabat sebagai Sekretaris PSSI Aceh.
Meski tidak persis sama, Herman melihat kekompakan itu kini menjelma dalam diri manajer Persiraja Adli Calok dan Pelatih Herry Kiswanto. Dengan pemain pas-pasan, kata Herman, mereka berhasil membawa Persiraja ke partai final kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2010/2011.  “Sebagai rakyat Aceh dan mantan pemain Persiraja, saya mengucapkan terima kasih kepada Adli dan Herry Kiswanto,” ujar Herman.
Itu sebabnya, Herman optimis malam ini Persiraja akan membuat kejutan saat melawan Persiba Bantul. Nasir Gurumud juga menyemai harapan serupa. Ia bahkan terbang ke stadion Manahan Solo, tempat pertandingan berlangsung, untuk mendukung tim yang pernah melambungkan namanya di jagat sepakbola. "Semoga malam ini mereka juga bisa membuktikan, bahwa tidak ada yang tidak mungkin, seperti ketika kami mematahkan kalimat matahari tidak pernah terbit dari Barat," ujar Nasir.

Ingen kommentarer:

Legg inn en kommentar